Sudah lebih dari
tiga bulan seluruh dunia mengalami pandemi Covid-19. Hal ini sangat
mempengaruhi banyak hal mulai dari bidang ekonomi, pendidikan bahkan politik.
Hampir semua orang mengalami dampak dari peristiwa global ini. Tak terkecuali
keluarga kecil kami di perkampungan Kubu Raya Kalimantan Barat.
Hal yang paling
membuat khawatir adalah saat ini masih banyak orang yang menganggap bahwa virus
corona itu hanya rekayasa, kebohongan dan konspirasi politik. Ada juga yang
menganggapnya sebagai hal yang remeh. Di luar itu semua, apapun itu kita harus
selalu waspada menjaga diri dan keluarga. Bukan semata-mata karena takut dengan
kematian tapi karena mencegah jauh lebih baik dari pada mengobati.
Awalnya Paranoid
Saya termasuk
ibu-ibu yang mudah panik saat berhubungan dengan penyakit. Memiliki anak
pertama dengan riwayat penyakit bronchitis membuat saya harus ekstra waspada.
Sementara tidak mudah menerapkan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi
kepada anak-anak.
Meskipun tempat
tinggal kami merupakan zona hijau tapi tetap saja saya beranggapan bahwa bisa
saja virus Covid-19 itu berada di mana-mana. Saya termasuk jarang bepergian
kecuali untuk membeli kebutuhan makanan. Saat keluar selalu memakai masker,
jaga jarak dan cuci tangan saat tiba di rumah.
Hal ini saya
lakukan karena khawatir terhadap keluarga terutama anak-anak. Bagi saya menjaga
kesehatan anak-anak lebih penting dari pada memaksakan diri untuk beraktifitas
yang tidak perlu. Jadinya, saya sama sekali tidak pernah kemanapun selama
pandemi kecuali membeli stok makanan untuk 2-3 hari.
Dampak Positif dan Negatif
Segala sesuatu
yang Allah subhanahu wata’ala ciptakan di dunia ini tentu memiliki tujuan dan
manfaat bagi makhluk di dunia. Termasuk musibah yang kita alami saat ini. Saya
merasakan sekali adanya dampak positif Covid-19, bagi diri saya pribadi lebih
mendekatkan diri lagi kepada Allah Ta’ala dan lebih peduli terhadap kebersihan
keluarga.
Dampak negative
yang saya alami adalah dari segi ekonomi adanya pemotongan gaji dari tempat
saya bekerja. Selain itu, saya juga sempat mengalami stress sampai-sampai
membuat rambut saya rontok parah.
Lebih Berhati-hati, Bijak dan Sabar
Saya tidak tahu
apakah saya sudah sampai di level bijak dan sabar tapi saat ini saya selalu
mengusahakan untuk selalu berhati-hati terutama saat bepergian, bijak dalam
mengelola keuangan yang tidak stabil saat ini dan sabar dalam menjalani ujian
yang sedang terjadi.
Sebagai seorang
ibu dua anak tentu banyak sekali tugas ekstra yang harus dilakukan pada masa
yang menantang seperti sekarang ini. Selain menjaga kebersihan dan kesehatan
saya juga memberi pengertian kepada anak untuk tidak keluar rumah jika hanya
sekedar jalan-jalan yang tidak perlu. Untungnya anak saya sangat mengerti
dengan keadaan yang terjadi saat ini, tentunya dengan tingkat pemahamannya
sendiri.
Saat ini, si
sulung berusia enam tahun dan masih duduk di PAUD, jadi belum terlalu repot
dengan tugas-tugas dari sekolah. Saya hanya memberikan bimbingan rutin seperti
biasa saya lakukan seperti mengaji, belajar membaca, dan itu pun dilakukan
tanpa paksaan kepada anak. Saya menganut paham bahwa usia dini adalah usia
bermain jadi saya menerapkan belajar sambil bermain. Belajar apapun harus dengan
suasana nyaman dan santai. Jika anak sudah merasa bosan atau lelah maka sudahi
kegiatan tersebut.
Sedangkan anak
kedua saat ini berusia 1,4 tahun. Sedang mengalami masa pertumbuhan yang pesat
tentunya. Hal yang paling butuh perhatian ekstra adalah anak kedua saya ini sering
sekali mengalami GTM. Saat mengalami GTM ini, dia hanya mau menyusu. Itu cukup
membuat saya khawatir akan pemenuhan gizinya.
Untuk itu,
penting bagi saya untuk tetap waras agar dapat menjadi ibu yang selalu waspada
dan ekstra perhatian terhadap keduanya.
Ingin baca tulisan motivasi tentang wanita bisa berkunjung ke sini ya https://www.mariatanjungmenulis.xyz/2020/05/perempuan-yang-berbeda.html?m=1
Ingin baca tulisan motivasi tentang wanita bisa berkunjung ke sini ya https://www.mariatanjungmenulis.xyz/2020/05/perempuan-yang-berbeda.html?m=1